Sabtu, 06 April 2013

BIRRUL WALIDAIN

Saat-saat hujan ditengah malam sendiri diperantauan seperti ini sering banget pastinya kangeeeeen banget sama Ibuku,alm.kakungku, neneku,bapak,adiku dan saudara-saudaraku juga...meskipun kita terpisahkan dan tidak bersama-sama kakung juga udah berbeda dimensi tapi aku tahu kalian sayang sama aku dan aku juga sayang sama kalian.
[Hugs and kiss :*]

Hmm...apalagi kalau dengerin lagu ini...
"Hujan kau ingatkan aku tentang satu rindu, dimasa yang lalu saat mimpi masih indah bersamamu...terbayang satu wajah penuh cinta penuh kasih,terbayang satu wajah penuh dengan kehangatan ooh Ibuuu...."

Dulu aku bandel, "ndableg kata orang Jawa", mungkin juga nakal bla3x...berisik bawel,suka ganggu makan orang, makannya banyak banget,usil, suka mati-matiin TV nya kakung pas lagi seru-serunya nonton Bola huhuhu kangen banget... :'(

Kembali ke tujuan judul "BIRRUL WALIDAIN" kalau membaca tulisan tersebut apa itu birrul walidain.Apa yang sudah kita perbuat untuk membalas semua kebaikan orang tua kita. Pasti kita tidak bisa membalas bahkan dengan nyawa sekalipun.

 

Berbuat baik terhadap orang tua (birrul walidain) adalah memberi kebaikan atau berkhidmat kepada keduanya serta mentaati perintahnya (kecuali yang ma’siat) dan mendoa’kannya apabila keduanya telah wafat.
Ibu dan Bapak sebagai orang tua sudah selayaknya mendapatkan kebaikan dan penghormatan dari anaknya. Islam sangat perhatian mengenai masalah ini, sebagaimana sangat jelas ditegaskan dalam firman Allah yang berbunyi:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali” (QS.31:15).
Juga dapat dilihat dalam surat 4:36

Jelaslah bahwa Birrul Walidain adalah kewajiban setiap anak dalam kerangka ta’at kepada perintah Allah.

Bentuk-bentuk Birrul Walidain
Berbuat baik kepada orang tua dapat dilakukan dalam dua kesempatan:
Saat orang tua masih hidup:
• Mentaati selama bukan maksiat. Hadits Rasulullah: “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka maksiat kepada Allah”.
Contoh: Kisah Sa’ad bin Abi Waqosh.
• Bersikap rendah hati dan berbicara lemah lembut (QS.17:23)
• Memohonkan ampunan baginya kepada Allah (mendoa’kan) (QS.17:24)
• Membantu dengan harta
• Memintakan restunya terlebih dahulu atas perbuatan penting yang akan dilakukan.
Hadits Rasulullah: “Ridho Allah ada dalam Ridho orang tua, Murka Allah juga ada dalam Murkanya orang tua”.
Saat orang tua telah wafat:
• Menyelenggarakan pengurusan jenazahnya seperti: memandikannya, mengkafaninya, menshalatkannya dan menguburkannya,dsb.
• Senantiasa berdo’a untuk memohonkan ampun atas segala dosanya.
• Memenuhi segala janjinya semasa hidup yang belum terlaksana seperti: wasiat, hutang piutang, dll.
• Menghormati teman dan sahabat orang tua semasa keduanya masih hidup.
Rasulullah Muhammad S.A.W bersabda :
” Seorang laki-laki dari golongan Anshar mendatangi Rasulullah , lalu bertanya : ‘Apakah yang tinggal bagiku untuk dapat berbuat kebaikan terhadap Ibu-Bapakku setelah mereka meninggal ya Rasulullah ? Rasul menjawab : ‘Ada 4 macam yang dapat anda lakukan : menshalatkannya, memohonkan ampun segala dosanya, memenuhi janjinya dan juga menghormati teman dan sahabatnya. (HR. Muslim)

Dari kisah-kisah yang telah lalu banyak peristiwa yang dapat dijadikan tauladan atau i’tibar tentang bagaimana orang-orang yang baik terhadap orang tuanya dan bagaimana pula sebaliknya orang yang durhaka. Tauladan yang baik misalnya kisah-kisah nabi Ibrahim, nabi Ismail, dll. Sebaliknya bagaimana pula akibat buruk yang ditimpakan kepada anak yang durhaka , seperti Abdullah bin Salam, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar